AJAIB TUHAN, AJAIB TUHAN, KAU JADIKAN HIDUPKU BERARTI
Nama saya Silvester Detianus Gea, biasa dipanggil Deti. Saya lahir di sebuah desa bernama Desa Dahana – Hiligodu di Pulau Nias pada tanggal 31 Desember 1991. Bapak saya bernama Satieli Gea dan ibu saya bernama Merina Gea. Saya anak kedua dari lima bersaudara. Bapak saya meninggal pada tahun 2000, setelah tiga tahun berjuang melawan penyakitnya. Ketika Bapak saya meninggal, saya kelas 2 SD. Ibu saya sangat terpukul dengan kepergian bapak, semua harta benda dijual untuk membayar biaya pengobatan rumah sakit.
Ibu berusaha menghidupi kami yang masih kecil dengan bekerja keras. Pekerjaan yang ibu lakukan adalah memikul pasir, kerikil atau batu untuk dijual kepada orang yang sedang membangun atau pun merenovasi rumah. Saya sering membantu ibu, meskipun terkadang menangis ketika terasa berat. Selain itu, ibu juga berladang, menyadap karet, dan pergi bekerja di ladang orang lain. Selama masa-masa itu, saya tetap bersekolah hingga lulus SD pada tahun 2005.
Karena keterbatasan ekonomi maka setelah lulus SD, saya dimasukan ke sebuah asrama di kota Gunung Sitoli. Di sana saya dibantu untuk dapat melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahun 2005 terjadi gempa bumi di daerah Nias. Pengasuh asrama sangat mendukung saya untuk dapat melanjutkan sekolah di Jakarta. Akhirnya, pada tanggal 25 Juni tahun 2005 saya dan enam orang teman saya berangkat ke Jakarta naik kapal laut. Pengasuh asrama memasukkan kami di sebuah SMP di Jakarta. Waktu itu saya belum lancar berbahasa Indonesia, banyak teman yang mengejek dan mencemooh. Kegiatan sehari-hari saya adalah membantu mengepel lantai, mencuci kamar mandi, dan memasak. Selama di SMP, saya selalu mendapatkan rangking 1 atau 2 dan guru-guru sangat dekat dengan saya. Guru-guru sering memberi motivasi dan nasehat kepada saya. Setelah saya lulus SMP, saya didaftarkan masuk ke Sekolah Teknik Mesin (STM). Suatu hari, saya terlibat suatu masalah di asrama dan dianggap melawan para pengasuh di sana, saya melawan karena emosi yang tidak terkendali. Akhirnya, saya dikeluarkan dari asrama tersebut yang menyebabkan saya tidak dapat melanjutkan sekolah.
Pengasuh menganjurkan saya untuk bekerja di sebuah perusahaan advertising di bagian mesin pemotong akrilik dengan berbekal ijazah SMP. Di perusahaan itu saya bekerja mulai dari pukul 07.30-17.00 dengan gaji Rp. 600.000 per bulan. Saya tinggal di sebuah kos yang sempit dengan biaya Rp 400.000 per bulan. Selama saya bekerja, semua gaji saya habis untuk kebutuhan sehari-hari. Ketika tidak ada uang untuk membayar ongkos, saya terkadang mengamen di mikrolet. Meskipun demikian, saya bisa mengirim Rp 600.000 kepada ibu di kampung dari hasil menabung Rp 1.000 setiap hari. Keadaan yang saya rasakan itu, membuat saya berpikir untuk melanjutkan sekolah. Kadang-kadang saya bengong saat sedang bekerja, memikirkan bagaimana caranya supaya bisa melanjutkan sekolah.
Bulan Mei 2009, saya mendapatkan tempat yang bisa menampung saya, tempat tersebut sebuah tempat penampungan anak jalanan dan anak-anak terlantar. Akhirnya, saya berhenti bekerja, dengan alasan ingin melanjutkan sekolah. Kemudian saya melanjutkan sekolah di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Setelah saya lulus dari SMK, atas kebaikan seorang ibu saya dapat melanjutkan pendidikan saya di Ilmu Pendidikan Teologi di Atma Jaya. Tujuan yang paling dasar ingin masuk Jurusan Teologi adalah ingin memperdalam pengetahuan tentang iman Katolik. Di akhir semester satu, ibu tersebut menganjurkan saya untuk ikut ke dalam program Ayo Sekolah Ayo Kuliah yang akan launching di Paroki Matraman. Saya mengisi form dengan data lengkap dan menyerahkannya kepada sekretariat gereja. Setelah dilakukan survei, Puji Tuhan saya diputuskan untuk dibantu oleh program Ayo Sekolah Ayo Kuliah Paroki Matraman yang sampai saat ini membantu biaya kuliah saya.
Setelah saya lulus kuliah kelak saya ingin mengajar dan membantu teman-teman lain yang membutuhkan bantuan seperti saya agar mereka dapat merasakan kasih Allah seperti yang saya rasakan. Jika Tuhan menghendaki saya ingin melanjutkan kuliah saya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, saya bercita-cita untuk menjadi seorang penulis rohani dan ingin membahagiakan ibu saya. Terima kasih Gerakan Ayo Sekolah Ayo Kuliah, terima kasih juga kepada Gereja, penyantun dan donatur yang telah membuat hidup kami lebih berarti.
Silvester Detianus Gea
Anak Ayo Kuliah Paroki Matraman
Universitas Atmajaya, Jurusan Teologi