Kata “miskin” atau “kemiskinan” berarti kekurangan dalam memenuhi kebutuhan. Kemiskinan lebih sering terkait dengan kebutuhan material, fisik; namun kata kemiskinan juga bisa dipergunakan untuk kekurangan dalam hal-hal lain.

 

Pada umumnya kita mengamati situasi kemiskinan dari situasi akhirnya dimana secara nyata Si Miskin tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Kali ini, mari kita mengamati dari awalnya, mengapa seseorang atau sekelompok orang dapat sampai pada situasi kemiskinan?

 

Dari sudut pandang awal, kemiskinan berkait dengan produktivitas. Situasi kemiskinan cenderung membuat produktivitas seseorang rendah. Rendah dalam kuantitas, rendah dalam kualitas ataupun rendah dalam kreativitas. Yang dihasilkan hanya yang rutin, yang juga sudah dihasilkan banyak orang, kualitas rendah, sehingga daya saing menurun, harga jatuh dan tidak terjual karena yang ditawarkan menjadi lebih banyak dari kebutuhannya. Pada akhirnya, penghasilan rendah, keuangan terbatas, dan kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

 

Lingkaran yang disebut “setan” ini, terjadi bukan hanya di Indonesia, Jakarta, atau Paroki Tomang tetapi juga di seluruh dunia. Lalu, pertanyaannya adalah, bagaimana “memutuskan lingkaran setan” ini?

 

Kembali, kata kunci kita kali ini adalah “produktivitas.” Produktivitas hanya bisa dikembangkan “dari dalam.” Memang, sebuah sistem bisa membantu meningkatkan dengan cara “memaksa” seseorang untuk masuk ke dalam rangkaian proses atau tahapan kerja tertentu. Contohnya, dalam dunia industri dengan sistem “ban berjalan.” Hasilnya, seperti yang tergambar dalam film Charly Chaplin di awal tahun 1900-an.

 

Pengembangan produktivitas “dari dalam” berarti mengubah “paradigm” atau cara pandang. Caranya hanya satu, yaitu belajar dan Pendidikan. Setiap orang bisa belajar; bisa belajar dimana saja dan dengan banyak cara. Syaratnya, dia mau dan berusaha terus belajar. Untuk menjadikan seseorang mau dan berusaha terus belajar, secara umum, harus “belajar untuk belajar,” itulah karya dari Sekolah atau Lembaga Pendidikan formal.

 

Program Ayo Sekolah – Ayo Kuliah (ASAK) berkiprah untuk menjadikan sebanyak mungkin anak-anak di Paroki Tomang yang belum berkesempatan mengikuti sekolah formal, karena keterbatasan biaya, bisa bersekolah dan kuliah. Salah satu dampak yang diharapkan adalah mampu memutus “lingkaran setan” agar cara pandang dan pola pikir anak-anak yang saat ini berada dalam kekurangan, bisa berkembang menjadi jauh lebih produktif dan keluar dari kemiskinan.

 

Dukungan seluruh Umat Paroki Tomang akan sangat membantu Program ASAK – MBK mewujudkan misinya, membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, mulai dari Paroki Tomang.

 

Ditulis oleh J. Hariadi Widiarta (20 Januari 2012)