Suatu hari, di hadapan pengurus PSE dan relawan OMK calon pengurus ASAK paroki Hati Kudus Kramat, tiba-tiba saya terdiam dan mata saya basah… Saat itu saya sedang menceritakan mimpi beberapa anak santun gerakan ASAK dan juga harapan orang tua mereka… lalu semua terdiam, menunggu apa yang akan saya katakan sesudah itu…

Dalam beberapa kesempatan, entah membaca tulisan anak-anak ASAK, mengingat-ingat lagi celoteh, semangat sampai keluhan dan curhat para pengurus di awal-awal berdirinya ASAK di paroki Santo Thomas Rasul (Sathora)…..dua diantaranya sudah alm : Budy Jacob dan Lily Andra…..termasuk banyak percakapan dengan istri saya Wiwik Kriswianti baik di kamar, di mobil dan di banyak kesempatan lainnya, sering membuat mata saya basah. Saat-saat seperti itu, saya selalu merasa bercakap-cakap dengan Tuhan sendiri…..

ASAK yang pada saat tulisan ini dibuat, sudah berjalan di 34 paroki, dengan 3.036 anak santun dan 2.187 penyantun…..Inspirator utamanya adalah TUHAN sendiri. Tuhan mengusik hati saya sepanjang misa di kapel RKZ Surabaya tahun 1991 dengan ide membentuk gerakan orang tua asuh. Saat itu usia saya dua puluh empat tahun, baru setengah tahun lulus kuliah. Bersama teman-teman sekampus kami sempat menjalankan ide tersebut dengan menyantuni beberapa anak di Garut, yang sampai sekarang juga masih berjalan. Tetapi ide orang tua asuh tersebut baru benar-benar berkembang pada tahun 2007 ketika saya dan istri berkarya di Paroki Sathora melalui Sub Seksi Pendidikan, sehingga  menjadi Gerakan ASAK seperti sekarang ini.  Lalu apa yang istimewa dengan hal itu ?  istimewanya adalah : bahwa kami berdua TUNDUK dan TAAT pada kehendak dan perutusan Tuhan. Kata-kata tunduk dan taat ini sering kami dengar dari ibu Cun Wahono yang selama hampir empat tahun di tahun 2003 – 2007 memberi pengajaran melalui Pendalaman Alkitab rutin di rumah kami.

Sebagai orang muda, jam terbang kami masih terbatas. Bagaimana kami bisa menjadi tempat curhat para pengurus, para aktivis yang lebih senior, para orang tua anak-anak ASAK ? Bagaimana melatih kebiasaan berbicara menjadi pendengar, melatih empati ? bagaimana menahan emosi, menekan ego ? Semua itu tidak akan mungkin dilakukan hanya dengan kemampuan sendiri, tanpa bersandar padaNya. Jadi apapun yang kami keluhkan, kegundahan hati, keinginan, pengembangan ide, dll… secara langsung ataupun tidak langsung kami komunikasikan kepada Dia, sang inspirator.

Satu hari saya menerima sms dari seorang Romo : “jalan orang baik itu susah, tapi hasilnya sungguh menyenangkan… sukses terus yah pak Yanto, walau nanti lebih sulit lagi”… Kami amini isi sms tersebut, karena kami tau benar apa yang akan kami hadapi jika ASAK menjadi lebih besar dan lebih banyak Paroki menjalankan. Konsekuensi akan waktu, pikiran, tenaga, biaya, rasa khawatir mengganggu pekerjaan, mengurus anak dll… bercampur dengan harapan dan rasa ingin berbuat sesuatu… sungguh sebuah pergumulan hati yang tidak mudah. Tapi kemudian… ‘believe it or not’, perjalanan kami mengembangkan ASAK ini selalu dikawal oleh Tuhan sendiri… setiap ada kesulitan, selalu muncul ide, solusi, ataupun teman, sahabat yang bisa memberikan sumbangan pemikiran, uluran tangan, bantuan dana, perhatian, dll…dll… Tuhan selalu memberikan jalan, tidak pernah ada yang bolong. seratus persen kami yakin diberi jalan. Kami makin mantap : Dia telah menugaskan, kami hanya menjalankan…..

Kedua putri kami sangat mengerti kesibukan kami di ASAK ini, mereka sangat mendukung. Tentunya kami juga selalu berusaha agar kualitas kebersamaan dalam keluarga tidak berkurang. Dalam pekerjaan di kantor pun, saya selalu diberikan kemudahan oleh Tuhan, dimana atasan-atasan saya lebih mengutamakan kualitas dan profesionalisme bekerja, sehingga saya punya keleluasaan dalam mengatur waktu yang diberikan Tuhan 7 x 24 jam setiap minggunya, untuk tetap dapat memberikan kualitas yang terbaik di dalam pekerjaan.

Tuhan memang LUAR BIASA. Tuhan sungguh hadir dalam setiap pergumulan kami. Terima kasih Tuhan mau pakai kami berdua. Terima kasih Tuhan mengirimkan orang-orang terbaik di dalam hidup kami, di rumah, di kantor, di gereja, di lingkungan kami… memberikan mentor-mentor terbaik yang kami butuhkan, bukan yang kami inginkan.

Kami tidak pernah bermimpi hanya dengan tunduk dan taat, kami berkesempatan untuk membantu Bapa Uskup KAJ, Mgr Ignatius Suharyo dalam menjalankan tugas perutusan beliau menggembalakan umatNya di KAJ ini. Hanya dengan tunduk dan taat, gerakan ASAK telah membantu ribuan anak untuk bisa terus sekolah, bahkan kuliah dan bekerja. Juga ikut membantu pendidikan beberapa calon Imam di seminari menengah. Hanya dengan tunduk dan taat ribuan orang bisa berbagi kasih, mengalami sukacita, menyambung harapan dan mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup mereka.

Para pembaca yang budiman… selamat membaca tulisan-tulisan di halaman berikutnya. Para penulis adalah orang-orang yang terlibat sebagai pelaku dalam gerakan ASAK, para Romo, pengurus, dewan paroki, anak santun, orang tua anak santun, penyantun dan para sponsor serta pemerhati ASAK. Dengan berbagai cara dan gaya tulisan, mereka menyampaikan kisah pergumulan hati, pemikiran, sumbangan karya, kesan, doa dan harapan mereka. Jangan dilewatkan satu lembar tulisanpun…Silahkan mengambil makna dari apa yang dituliskan dalam buku ini.

Rasa haru saya kembali muncul ketika membaca beberapa tulisan dalam buku ini… membuat saya ingin berbagi khususnya dengan para pengurus ASAK : rasa letih, malas dan ego pribadi seringkali menjadi penghalang utama kita dalam tugas pelayanan… Semoga dengan membaca buku ini, kita semua kembali diingatkan akan semangat KASIH yang menjadi landasan utama gerakan ASAK ini dan menjadi penyemangat untuk terus berjuang dan berkarya.

Terima kasih kepada seluruh anggota keluarga besar ASAK: para pengurus, para penyantun dan donatur, anak-anak santun beserta keluarganya. Terima kasih kepada hirarki Gereja KAJ yang mendukung ASAK: Mgr Ignatius Suharyo, RD Yohanes Subagyo, Romo Edi Mulyono SJ, pengurus PSE KAJ, Romo dan Dewan Paroki di paroki-paroki yang menjalankan ASAK. Terimakasih kepada segenap sahabat ASAK : para sponsor dari sekolah dan perguruan tinggi yang mendukung ASAK, para relawan dan pemerhati ASAK. Juga penghargaan setinggi-tingginya kepada tim buku dan para penulis  yang mau meluangkan waktu ditengah kesibukan masing-masing. Dan terimakasih kepada istri dan kedua putriku tercinta : Wiwik, Maura dan Erin

Tanpa mereka semua, doa dan harapan melalui buku ini tidak akan terwujud…

Terima kasih TUHAN.

 

 

“Allah tidak memanggilku untuk menjadi sukses,

melainkan Ia memanggilku untuk menjadi taat”

Mother Teresa

 

 

Yanto J. Wibisono