Arnoldus Janssen dilahirkan pada 5 November 1837 di Goch, sebuah kota kecil di bagian barat dataran rendah sungai Rhein, Jerman. Ayahnya bernama Gerhard Janssen, seorang petani, dan ibunya Anna Katharina Wellesen, seorang ibu rumah tangga. Mereka adalah pasutri yang bekerja keras untuk menjaga keutuhan keluarga dan pendidikan anak-anaknya. Mereka diakruniai sebelas anak, tiga diantaranya meninggal dalam usia kecil.

Keluarga Janssen adalah keluarga yang sangat religious. Mereka tidak pernah mengabaikan perayaan Ekaristi setiap hari, dan melakukan berbagai penghayatan devosi kepada Roh Kudus, Malaekat Pelindung, Hati Yesus, Rosario dan khususnya kepada Sabda Allah. Hampir setiap malam, sebelum waktu tidur, sang ayah membacakan Prolog Injil Yohanes (Yoh 1:1-18) untuk seluruh keluarga.

Kebiasaan cinta akan hal-hal rohani keluarga Janssen ini sungguh melekat dalam diri Arnoldus Janssen. Dengan tekad bulat, ia masuk seminari di Gaesdonk tahun 1849, dan menerima tahbisan imamat pada tanggal 15 Agustus 1861. Selama masa pendidikan tersebut, ia juga belajar matematika dan ilmu pengetahuan alam, sehingga setelah tahbisan, ia berkarya sebagai seorang guru sekolah menengah atas di Bocholt (1861-1873). Namun ia juga sangat berminat terhadap karya kerasulan doa yang terarah pada usaha untuk mempersatukan kembali umat Kristen, pewartaan Injil serta misi Gereja di antara bangsa-bangsa. Tidak heran, di tahun 1874, ia memprakrasai penerbitan majalah “Kleiner Herz-Jesu-Bote” (Utusan Hati Kudus Yesus) yang selalu menerbitkan gagasan tentang misi dan ekumene. Dari sinilah, tidak lama kemudian, ia melontarkan gagasan tentang pentingnya mendirikan Rumah Misi di Jerman untuk mendidik dan mengutus para misionaris ke berbagai belahan dunia.

Gagasan ini diajukan kepada Uskup Raimondi, peserta pendiri seminari Misi di Milan, Prefek Apostolik dan tidak lama kemudian kepada Uskup di Hongkong, yang kebetulan menjadi tamu Pastor Ludwig von Essen di Neuwerk dekat Mönchengladbach. Tanggapan sungguh positif, bahkan Uskup Raimondi mendesak bahwa jika tidak ada yang mau bertindak, maka Arnoldus Janssen sendiri harus mendirikan Rumah Misi tersebut.

Dengan bersusah payah, dan disertai keberanian yang luar biasa serta ketekunan yang ditopang oleh kesalehannya, akhirnya ia berhasil mendirikan rumah misi sekaligus seminari untuk mempersiapkan calon misionaris ke seluruh dunia. Dan akhirnya, pada tanggal 8 September 1875, bertempat di Steyl, Belanda, Arnoldus Janssen membuka Rumah Misi “St. Mikhael”, yang menjadi Rumah Induk “Serikat Sabda Allah (SVD).” Seiring dengan perjalanan waktu, ia juga mendirikan dua kongregasi misi para suster, yaitu SSpS pada 8 Desember 1889 dan SSpS Adorasi Abadi pada 8 Desember 1896, yang merupakan suatu Tarekat kontemplatif. Dari sini, Arnoldus Janssen sungguh menyadari bahwa karya misi haruslah selalu diletakkan pada 2 pilar utama, yakni karya dan doa.

Berawal dari Cina, sebagai cinta pertama daerah misinya, ketiga kongregasi misi tersebut sungguh berkembang dan berkarya di seluruh belahan dunia. Arnoldus Janssen meninggal pada tanggal 15 Agustus 1909. Pada tanggal 19 Oktober 1975, ia digelari “Beato” oleh Paus Paulus VI dan pada tanggal 5 Oktober 2003, bersama dengan Josef Freinademetz (misionaris pertama SVD), ia digelari Santo. Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk karya misi Allah dengan selalu berkeyakinan pada kehendak Allah, sebagaimana terungkap dalam kata-katanya, “Ketika saya mendirikan Serikat ini, orang umumnya berkata bahwa pekerjaan ini tidak akan berhasil. Memang sungguh benar karena mereka melihat pada diri saya yang menyedihkan. Kendati semua ini, Tuhan telah menghendaki bahwa pekerjaan itu berhasil dan teristimewa dengan suatu cara yang tidak pernah saya pikirkan bahwa itu mungkin.”

Sumber : http://soverdisurabaya.org/st-arnoldus-janssen-pendiri