Arti dari Sebuah Jembatan
Sharing ini ditulis oleh Gitasiwi Prabandari, anak ASAK program Ayo Kuliah Paroki Serpong St. Monika gelombang pertama tahun ajaran 2014-2015 yang pada Maret 2016 telah diterima bekerja di salah satu hotel bintang 5. Gita adalah alumni Akademi Pariwisata NHI Bandung.
Sedari dulu aku jatuh cinta dengan dunia masak memasak. Hal ini dimulai dari kelas memasak sewaktu SMA. Tidak, mungkin dari waktu yang lebih jauh lagi. Sejak kecil, aku telah begitu terbiasa dengan suara api dari kompor besar yang menderu-deru, gerakan pisau yang teratur dalam memotong, serta aroma masakan yang merebak harum di udara. Keluargaku, tepatnya papaku, telah membuka warung makan kecil dengan hanya 6 menu masakan yaitu nasi goreng, mie, bihun, kwetiauw, capcay, dan fuyunghai. Sebagai anak dalam keluarga, aku diwajibkan membantu. Kemudian ketika masuk SMA, aku mulai memikirkan hidup seperti apa yang ingin kujalani. Aku memikirkan hal apa yang paling tidak membuatku merasa bosan, lalu memutuskan untuk kuliah di jurusan masak memasak. Aku tertarik untuk mencoba memasak berbagai ragam masakan yang ada di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, yang jumlahnya tidak terbatas. Dan aku tertarik pada konsep, bahwa untuk memenuhi tujuanku itu, mungkin membutuhkan waktu seumur hidupku. Maka keluargaku pun mulai menabung untuk biaya yang kubutuhkan.
Namun kemudian cobaan datang berturut-turut selama masaku di SMA. Papa terkena stroke dan apotek tempat mama bekerja tutup karena resesi. Pekerjaan mama dan papa hilang. Tidak ada penghasilan. Bingung dengan situasi yang mendadak berubah seperti itu, mama mencoba meneruskan usaha warung chinese food papa dengan menambahkan beberapa menu. Usaha tersebut tidak dapat dikatakan berjalan dengan lancar dan sepi. Namun puji Tuhan, masih ada beberapa sahabat yang bersedia membeli. Pembelian – pembelian awal inilah yang mengundang calon pelanggan lainnya datang. Menu dipersempit menjadi menu – menu yang populer dan sejak saat itu usaha pun dapat berjalan. Lalu cobaan yang lainnya pun datang. Setelah berjuang selama setahun penuh, papa akhirnya dikalahkan oleh penyakitnya dan meninggal. Di samping itu, mama mengalami kegagalan dalam usahanya menginvestasikan uang tabungannya. Belasan juta menghilang. Harapanku untuk kuliah pun lenyap.
Saat itu adalah titik terendah dalam hidupku. Aku sangat sedih. Aku takut. Aku tidak mengerti kenapa semua hal buruk ini terjadi di dalam keluargaku. Di saat itulah aku mulai mencari Tuhan. Aku berdoa, berdoa, dan berdoa, memohon untuk dibukakan jalan. Aku memohon mukjijat dari Tuhan dan percaya bahwa Ia akan selalu memberikan jalan yang terbaik bagi anak-anakNya.
Dan akhirnya, jalan benar-benar ditunjukkan olehNya!! Pada saat kebingungan bagaimana harus membayar uang kuliahku, mama diperkenalkan dengan program ASAK (Ayo Sekolah Ayo Kuliah) dari gereja Santa Monika. ASAK bertujuan untuk membantu anak – anak umat paroki agar dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Puji Tuhan!! Semua kehilangan, semua kekecewaan, telah dikembalikan berkali-kali lipat oleh Tuhan! ASAK bagaikan sebuah jembatan yang menghubungkan dan memberiku jalan untuk meraih mimpiku. ASAK membantuku dari semester pertama hingga semester akhir.
Harapanku tumbuh kembali dan aku dapat belajar di jurusan Hospitality Management dengan spesialisasi Culinary Art. Jurusan ini adalah jurusan paling berat di antara semua jurusan lainnya. Dalam kegiatan praktek di kampus maupun di masa 2 kali job trainingku di Lombok dan Yogyakarta, aku sering dibentak hingga tak terhitung banyaknya, jariku teriris pisau berulang kali, tanganku acapkali melepuh terkena wajan panas, dan kakiku pegal-pegal karena diharuskan berdiri berjam-jam tanpa diperbolehkan duduk. Tapi semua itu kulakukan dengan senang hati, karena aku tahu aku sedang “ditempa” menjadi apa yang aku impikan.
Masa 3 tahunku kuliah adalah masa belajar terasyik yang pernah kualami. Aku bebas dan mandiri dalam menjalani hidupku. Aku memperoleh sahabat-sahabatku. Kuucapkan puji syukur atas berkat melimpah yang Tuhan hadirkan melalui ASAK hingga akhirnya aku lulus dan diwisuda pada tanggal 20 Februari 2016. Setelah lulus, kini aku bekerja di salah satu hotel bintang 5 di Yogyakarta. Tempatku bekerja memang berat, namun aku tidak mengeluh. Aku tengah menjalani mimpiku.
Hingga kini aku tetap tidak mengerti bagaimana cara Tuhan bekerja. Namun aku percaya bahwa Ia selalu memberikan yang terbaik. Aku percaya bahwa kuasaNya SUNGGUH ada. Dan melalui tulisan ini, aku berharap bahwa kamu, sahabat-sahabatku, juga menjadi percaya. Percaya bahwa kesulitan yang kamu alami kini tidak akan berlangsung selama-lamanya. Percaya bahwa dengan kuasa Bapa, Yesus, dan Roh Kudus, semua hal akan diindahkan pada waktu yang tepat. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Amin.