Tuhan memang Maha Baik dan memberikan pertolongan tidak pernah terlambat. Saya dan suami merantau ke Jakarta untuk memperoleh hidup yang lebih baik. Tetapi nasib berkata lain. Walaupun telah bekerja keras, kadang kala saya heran sendiri bagaimana kami dapat memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah anak-anak kami. Suami saya hanya bekerja sebagai tukang pasang kaca film dan saya membantu ekonomi keluarga dengan mengantar anak sekolah (ojek). Walaupun demikian, kami mencoba memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kami dengan menyekolahkannya di sekolah katolik. Biaya pendidikan yang cukup tinggi untuk kantong kami membuat saya harus menanggung malu ketika wawancara finansial. Walaupun telah mendapat rekomendasi dari Pastor Paroki bahwa kami dari keluarga tidak mampu, saya harus mendengar kata-kata pedas dan sedikit cemooh dari guru sekolah. Walaupun demikian, semua saya jalani demi anak saya.

Ketika mendengar ada program ASAK di Paroki Santa Clara, saya mencoba memberanikan diri untuk mengajukan bantuan pendidikan bagi anak saya. Awalnya saya  takut dan trauma jika harus mendengar kata-kata pedas seperti ketika wawancara sekolah. Tetapi demi anak saya yang tahun ini lulus SMA dan lulus SD, saya memberanikan diri. Di luar dugaan, pengurus ASAK yang melakukan survey ke rumah justru membangkitkan semangat saya dan anak-anak saya untuk terus berjuang sehingga bisa bersekolah setinggi-tingginya. Saya merasa ASAK bak penyelamat dan bantuan yang dikirimkan Tuhan bagi kami. Terima kasih Tuhan, terima kasih ASAK. Semoga bila anak-anak kami sukses nanti, kami akan dapat membantu gerakan ini sehingga lebih banyak anak dari keluarga tidak mampu yang dapat terus bersekolah. Amin

  (Hiu Nyuk Muy-orang tua anak santun)