Kegiatan ASAK

Gerakan ASAK, tidak semata-mata memberikan bantuan dana pendidikan layaknya beasiswa, namun yang terpenting adalah melakukan pembinaan dan pengembangan kepribadian anak santun dan keluarganya. Jadi, selain mencari penyantun dan menyalurkan bantuan uang sekolah anak santun, tim ASAK juga memfasilitasi berbagai kegiatan bagi anak santun yang bertujuan pengembangan kepribadian anak santun, memberikan pengertian kepada orang tua akan pentingnya pendidikan dan tanggung jawab pendidikan.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan tim ASAK pada tahun 2013/2014 dan 2014/2015 sebagai berikut:  

  • Pembekalan motivasi belajar, cara belajar efektif, membaca cepat, dan mindmapping

Pembekalan cara belajar dilaksanakan pada awal tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015 di Kapel Asri. Materi disampaikan oleh Bpk. Budi Santoso, Cl. dan ibu  Purnamawati

Sebagian Anak santun menyerap dan dapat menerapkan materi yang diberikan. Berdasarkan masukan dari orang tua dan anak santun, mereka mengharapkan ada tindak lanjut yang memungkinkan anak santun untuk praktik keterampilan belajar tersebut sehingga pemahaman mereka dapat lebih mendalam dan dapat dipraktikkan.

Anak santun yang mau belajar dan menerapkan mindmapping merasakan peningkatan prestasi sekolah (nilai raport maupun KHS meningkat).

Kendala: waktu, tempat, dana, serta SDM baik dari pengurus ASAK maupun narasumber.

  • Pendampingan belajar anak santun.

Pendampingan belajar anak santun dilaksanakan di Lahan Gereja setiap sabtu dan minggu mulai semester genap. Anak santun yang mengikuti pendampingan belajar diutamakan dari kelas akhir (kelas VI dan IX), tetapi juga diperkenankan bagi anak santun yang tidak di kelas akhir. Pendampingan belajar juga dilakukan untuk pelajaran akuntansi  jenjang kuliah.

Kendala:

  1. Tenaga pengajar terbatas dan tidak berkomitmen dalam menjalankan tugasnya (guru yang dijadwalkan sering tidak datang) sehingga menjadi beban bagi pengurus ASAK untuk menggantikan.
  2. Anak-anak yang datang sedikit (karena guru tidak ada anak-anak jadi enggan untuk datang lagi)
  3. Anak-anak jadwalnya berbenturan dengan kegiatan sekolah maupun kegiatan gereja (PA, pelajaran krisma, dll)
  4. Terbatasnya sarana penunjang, seperti tempat, buku, dan sarana belajar lainnya.